Suatu ketika adalah sebatang pohon Natal yang bersinar terang
tinggi menjulang; menarik mata memandang.
Kecemerlangannya sungguh memikat
dan menggembirakan hati siapa saja yang lewat.
“Terangnya begitu cemerlang,” begitu kata mereka
dan mereka pun enggan beranjak pergi.
Sang pohon Natal berdiri tegak, bangga bermandikan cahaya
oleh sebab setiap lampu menyala begitu gemilang.
Kemudian, terdengarlah sebuah bola lampu berkata,
“Aku capai menyala siang dan malam,
sebaiknyalah aku padam dan beristirahat;
terlalu capai aku selalu mengusahakan yang terbaik.
Lagipula, aku begitu kecil;
aku tidak yakin kehadiranku cukup berarti.”
Sekonyong-konyong, seorang anak dengan lembut menyentuhnya,
“Lihat, mama, yang ini bersinar sangat terang.
Aku telah melihat semua lampu di atas pohon terang,
yang ini tampak paling cemerlang bagiku.”
“Ya, Tuhan!” seru si bola lampu
“Hampir saja aku redup dan padam.
Aku pikir tak seorang pun peduli
jika aku padam dan tak bersinar terang.”
Seiring dengan itu, suatu terang yang cemerlang kembali bersinar.
Terang-terang yang lain pun merasakan kehadirannya pula.
Injil kita, bagaikan pohon Natal ini,
dengan bola-bola lampu kecil yang adalah kamu dan aku.
Masing-masing kita mempunyai bagian yang harus diisi
dengan cinta, pengetahuan dan kehendak baik.
Mari menjadikan pohon kita bermandikan cahaya,
dengan kesaksian-kesaksian yang gemilang.
Oleh sebab Injil kita adalah pohon kehidupan
yang menerangi jalan menuju keabadian.
sumber : “The Gospel Tree” ; Anonymous
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”