Cerita Peminpin yang Bertanduk

Peminpin yang Bertanduk
Dahulu kala, hiduplah seorang pemimpin yang sangat kejam terhadap rakyatnya. Saat marah kepada rakyatnya, ia selalu berkata, “Andai saja aku punya tanduk, pasti mereka akan Iebih takut padaku.” Tidak lama setelah ia mengucapkan perkataan ceroboh itu, dua tanduk tumbuh di kepaIanya.
Suatu hari, sang pemimpin menyuruh seorang tukang cukur memotong rambutnya. “Apa yang kau lihat di kepalaku?” tanya sang pemimpin dengan suara mengancam.“Aku tidak melihat apa-apa,” kata tukang cukur ketakutan.
“Jika kau bilang pada siapa pun bahwa aku punya tanduk, kau akan kugantung,” ancam sang pemimpin.
Tukang cukur pun pulang ke rumahnya dalam keadaan ketakutan. Semakin ia memikirkan rahasia sang pemimpin, semakin ingin la menceritakannya kepada seseorang.
Akhirnya, ia pergi ke sebuah ladang dan menggali tanah di bawah rumpun bambu. la masuk ke lubang hasil galiannya dan berucap pelan, “Pemimpin punya tanduk di kepalanya.” Setelah itu, tukang cukur pulang ke rumahnya.
Keesokannya, banyak orang yang hendak pergi ke pasar melewati rumpun bambu dekat lubang tempat tukang cukur menceritakan rahasia sang pemimpin. Beberapa orang berhenti saat mendengar suara dari rumpun bambu, “Pemimpin punya tanduk di kepalanya.”
Akhirnya, berita bahwa sang pemimpin mempunyai tanduk semakin tersebar dan sampai kepada pejabat-pejabat istana. Para pejabat segera mengunjungi rumah sang pemimpin. Tapi, istrinya mengatakan sang pemimpin tidak bisa ditemui karena sedang sakit. Padahal, sebenarnya sang pemimpin malu keluar rumah karena tanduknya telah tumbuh hingga mencapai satu meter.
Karena penasaran dengan berita tersebut, para pejabat mendobrak pintu kamar sang pemimpin dan melihat sang pemimpin dengan tanduknya. Salah seorang pejabat memerintahkan prajurit untuk membunuh sang pemimpin. Sebab, takut kalau sang pemimpin lama-lama akan menjadi binatang. Akhirnya, berakhirlah nyawa pemimpin yang kejam itu.



Judul : Cerita Peminpin yang Bertanduk
Rating : 5 out of 5
Ditulis Oleh Unknown
Silahkan di bagikan, klik